Guideku.com - Begpacker adalah individu atau kelompok dengan gaya liburan ala backpacker tapi mencari uang untuk liburannya dengan cara mengemis (beg).
Cara cari uang untuk liburan ala begpacker pun berbeda-beda, ada yang secara terang-terangan mengemis, ada yang menjual karya seninya secara ilegal, dan ada juga yang mengajak barter barang dengan warga lokal.
Para begpacker ini juga tak jarang mengemis di negara destinasi wisata yang sebenarnya lebih miskin jika dibanding dengan negara asalnya.
Baca Juga: Travelers, Curi Pasir di Pulau Ini Bisa Didenda Rp 50 Juta Lho
Sistem begpacker ini terinspirasi dari Kickstarters, GoFundMe, dan crowdfunding lainnya. Tapi banyak yang menganggap bahwa apa yang dilakukan para begpackers ini lebih hina.
Tapi toh para begpacker ini tetap melakukannya. Dan banyak foto begpacker di berbagai negara sempat viral di media sosial, seperti Twitter dan Instagram.
Foto begpacker di berbagai negara mayoritas memiliki pola yang sama, seperti mereka sedang duduk di pinggir jalan dengan membawa papan dari karton dengan tulisan yang intinya meminta sesuatu.
Baca Juga: Hanya Traveling, Jack Menghasilkan Jutaan Dolar, Begini Caranya
Memang apa salahnya begpacker?
Beberapa menyalahkan para kaum begpacker ini karena dinilai merugikan negara yang dikunjungi. Hal tersebut sudah bisa dilihat dari tujuan awal mereka liburan ke suatu negara dengan cara begpacker.
Secara sengaja para begpacker datang ke negara yang biasanya negara berkembang, seperti negara-negara di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) tanpa bawa uang yang banyak.
Baca Juga: Ini Daftar Traveler Terboros di Dunia, Gajinya Selangit!
Atau dengan kata lain para begpacker ini enggan untuk menggunakan uangnya sendiri untuk keperluan liburan di negara tujuan wisata.
Padahal apabila mereka mau membelanjakan uangnya di negara tujuan wisata, maka akan menambah pendapatan negara tersebut.
Nggak usah jauh-jauh ngomongin pendapatan negara deh, contoh kecilnya bisa dilihat apabila para wisatawan (yang bukan begpacker) mau belanjakan uangnya di warung lokal, tentu bisa membantu keuangan pengelola warung tersebut.
Baca Juga: Butuh Caption Instagram Liburan di Pantai? Pakai Aja 15 Quote Ini
Atau para wisatawan yang mau membeli souvenir di pusat oleh-oleh tradisional dan juga menginap di hotel yang dikelola warga setempat. Tentu saja itu akan lebih bijaksana dan bermanfaat bagi penduduk lokal dan pemerintah daerah.
Asal usul begpacker dan alasan orang menjadi begpacker
Beberapa oknum begpacker pun ada saja yang mengelak dan mengklaim apa yang mereka lakukan karena terpaksa. Seperti karena mereka kehilangan dompet dan kehilangan paspor saat liburan.
Padahal kasus seperti itu bisa saja mereka selesaikan di kedutaan besar negaranya masing-masing, tanpa harus menjadi "pengemis" atau begpacker.
Munculnya fenomena begpacker juga disinyalir terjadi karena budaya "liburan tanpa biaya" atau kampanye "liburan gratis" yang santer digaungkan di internet, termasuk tagar #begpacker, #begpacking, dan sebagainya.
Banyak juga akun YouTube yang mengajarkan bagaimana cara traveling gratis, ada juga artikel-artikel yang mengajarkan trik wisata tanpa keluar duit.
Dan ada pula influencer traveling di Twitter yang kultwit soal liburannya yang gratis tanpa keluar duit sepeserpun.
Semua itu memiliki satu kesamaan, yakni adanya trik dengan cara meminta-minta pada warga lokal, seperti contohnya minta makanan.
Cara mengurangi potensi begpacker di suatu negara
Salah satu negara tujuan wisata yang mulai gerah dengan begpacker ini adalah Thailand.
Seperti dilansir Guideku.com dari QZ, Thailand merilis aturan yang diantaranya menyebutkan bahwa setiap turis yang baru tiba di Thailand harus menunjukkan bukti jumlah uang yang mereka miliki sebelum masuk ke wilayah negara Thailand.
Apabila turis tersebut tidak memiliki uang dengan minimal jumlah nominal tertentu maka tidak akan diijinkan untuk liburan di Thailand.
Cara mencari uang untuk traveling tanpa harus menjadi begpacker
Siapa sih yang nggak tertarik buat liburan gratis? Apalagi liburan gratis ke luar negeri?
Sebenarnya ada caranya, seperti salah satunya adalah dengan digital nomad atau nomad travel. Digital nomad dan begpacker memang sama-sama mencari uang saat liburan. Tapi tentu ada bedanya, bro!
Digital nomad biasanya mereka telah memiliki kontrak kerja dengan suatu perusahaan, baik yang dikelola individu maupun korporasi. Dan pekerjaannya bisa dilakukan di manapun.
Profesi yang erat hubungannya dengan digital nomad biasanya penulis lepas, jurnalis, desainer grafis, ilustrator, dan pekerja lepas lainnya. Mereka biasa kerja di coworking space, hotel, atau kafe, yang penting ada akses internet.
Uang yang digital nomad dapatkan dari perusahaan yang memperbolehkan mereka bekerja di luar kantor bisa digunakan untuk liburan dan tinggal dalam kurun waktu yang lama di negara destinasi wisata.
Dan tentu digital nomad atau nomad traveler tidak merugikan siapapun, termasuk pemerintah daerah setempat. Beda dengan begpacker.
Terkadang liburan bukan semata-mata soal jumlah uang yang kita keluarkan. Bukan soal villa mewah yang Instagramable atau homestay murah untuk liburan tanpa menguras kantong.
Tapi liburan adalah bagaimana cara kita menikmati hidup tanpa perlu merugikan atau mengganggu kehidupan orang lain di sekitar kita.