Guideku.com - Iga, sebuah kota kecil di Prefektur Mie dikenal sebagai penghasil ninja terbesar di Jepang.
Namun seiring perkembangan zaman, banyak anak muda di Iga yang memilih untuk menjalani profesi umum hari ini, alih-alih menjadi seorang ninja yang harus melewati beragam pelatihan yang berat.
Gemerlap modernitas di kawasan perkotaan Jepang juga turut andil membuat banyak penduduk di Prefektur Mie bertransmigrasi dari kawasan kecil demi mengejar kemapanan.
Baca Juga: Bikin Iri, Pria Muntilan Ini Nikahi Bule Cantik Asal Inggris
Iga, menjadi salah satu kota yang terdampak perpindahan penduduk secara massal. Kawasan ini kehilangan sekitar 1.000 penduduk dalam satu dekade terakhir.
Kehilangan banyak penduduk, Iga juga mengalami masalah lain saat dalam setahun, diperkirakan 30 ribu wisatawan berbondong-bondong mendatangi festival ninja tahunan yang diadakan di kota kecil ini.
Profesi ninja yang tak lagi diminati banyak orang, membuat pemerintah setempat kewalahan mencari generasi penerus ninja di Iga demi meneruskan festival ninja yang menjadi aset wisata paling menjanjikan di kota tersebut.
Baca Juga: Cuma Punya Rp 37 Ribu, Anak Jackie Chan Diusir dari Hotel
Mengakalinya, pemerintah Iga dengan dana bantuan dari pemerintah pusat menyediakan gaji mentreng berkisar 23 ribu Dollar hingga 85 ribu Dollar atau sekitar Rp 300 juta hingga Rp 1,2 Miliar per tahun.
''Minimnya minat bekerja sebagai seorang ninja, membuat profesi ninja dihargai tinggi hari ini. Dengan gaji 23 ribu Dollar hingga 85 ribu Dollar per tahun, ninja hari ini bahkan jauh lebih kaya raya ketimbang ninja di zaman feodal dahulu,'' ujar otoritas Pusat Penelitian Ninja Internasional.
Meski diiming-imingi gaji yang begitu tinggi, bukan perkara mudah mencari seorang ninja hari ini, terlebih yang mau berpeluh darah melewati beragam ujian yang sangat berat.
Baca Juga: Viral, Pilot Ngamuk Lempar Koper Hingga Hancurkan Mesin Check-In
''Bukan ninja namanya jika tidak sanggup melewati beragam pelatihan yang sangat berat. Sebab hal itu, ninja mudah menghilang dari sejarah,'' ujar Sugako Nakagawa, seorang kurator di museum Ninja setempat seperti dikutip Guideku.com dari Reuters.
Sebagai catatan, ninja di Iga tidak lagi difungsikan sebagai pembunuh bayaran, melainkan sebagai seniman bela diri yang siap menghibur wisatawan yang berkunjung ke kota kecil tersebut.
Baca Juga: Penumpang Pesawat Berbau Badan Tak Sedap, Pramugari Lakukan ini