Guideku.com - Pesawat mengalami guncangan akibat turbulensi merupakan hal yang umum dirasakan para awak dan penumpang maskapai penerbangan.
Namun bagi yang belum terbiasa, turbulensi acap diasosiakan dengan keadaan pesawat nan menyeramkan dan tak jarang membuat panik para penumpang.
Faktanya, turbulensi bukanlah keadaan yang berbahaya dalam jagat penerbangan. Mengapa?
Baca Juga: Bikin Iri, Begini Momen Romantis Miller Khan dan Pacar Saat Liburan
Berikut Guideku.com sajikan 4 fakta turbulensi yang dihimpun Guideku.com dari berbagai sumber. Apa saja?
Turbulensi tidaklah berbahaya
Baca Juga: Uniknya 4 Perayaan Hari Valentine di Berbagai Negara, Apa Saja?
Terdapat bermacam faktor yang sebabkan turbulensi dapat terjadi, semacam arus naik dan turun awan berpetir, arus termal, hingga turbulensi udara yang timbul akibat perubahan arah angin.
Namun demikian perlu dicatat turbulensi tidaklah berbahaya dan tak perlu dikhawatirkan.
Turbulensi semakin sering terjadi saat udara cerah
Baca Juga: Habiskan Belasan Triliun Rupiah, Gini Penampakan Yatch Terbesar di Dunia
Sejumlah pakar penerbangan menyebut akibat pemanasan global jumlah turbulensi saat udara cerah meningkat dua kali lipat.
Para pilot dan pesawatnya terlatih hadapi turbulensi
Baca Juga: Traveling ke Jawa Timur, DJ Seksi Thailand Ini Pamerkan Keindahan Bromo
Demi mencegah turbulensi, seorang pilot akan dengan cermat mempelajari pola cuaca, perencanaan yang tepat dan memilih rute terbaik tatkala mengudara.
Saat tak dapat menghindari turbulensi, pilot yang baik tahu betul cara menenangkan penumpang yang cemas.
Selain kemampuan teknis sang pilot, pesawat hari ini juga dilengkapi teknologi canggih yang membantu pesawat menghindari turbulensi lho.
Turbulensi jarang sebabkan cedera
Setiap tahunnya, tercatat 58 penumpang cedera akibat turbulensi.
Rata-rata para korban turbulensi yakni pramugari dan penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman tatkala pesawat menyisir udara pada ketinggian 30 ribu kaki.
Asosiasi penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration menyebut kejadian tersebut hanya menyebabkan cedera pada 20 dari 800 juta penumpang di Amerika Serikat.