Mengapa Ekowisata dan Pariwisata Berkelanjutan Penting untuk Masa Depan?

Di tengah ancaman krisis iklim dan kerusakan alam, banyak orang mulai mempertanyakan bagaimana cara menikmati liburan tanpa merusak lingkungan?

Dany Garjito
Kamis, 26 Juni 2025 | 13:18 WIB
Ilustrasi liburan. (Unsplash/Jake Young)

Ilustrasi liburan. (Unsplash/Jake Young)

Guideku.com - Di tengah ancaman krisis iklim dan kerusakan alam, banyak orang mulai mempertanyakan bagaimana cara menikmati liburan tanpa merusak lingkungan? Jawabannya ada pada konsep ekowisata dan pariwisata berkelanjutan—dua istilah yang kini makin relevan, bukan hanya untuk pelaku industri, tapi juga untuk wisatawan yang ingin bepergian dengan lebih bijak.

Ekowisata adalah bentuk pariwisata yang berfokus pada kawasan alami dan bertujuan melestarikan lingkungan sambil memberikan manfaat kepada masyarakat lokal.

Lebih dari sekadar jalan-jalan ke alam terbuka, ekowisata melibatkan pembelajaran, rasa hormat terhadap budaya setempat, dan kontribusi langsung terhadap konservasi.

Baca Juga: Digelar Besok dan Diikuti Ribuan Orang, Ini Rute Kirab Malam 1 Suro Keraton Solo

Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) menyebut lima karakter utama dari ekowisata:

  1. Berbasis alam: Wisata dilakukan di kawasan yang masih alami.
  2. Mengandung unsur edukasi: Wisatawan diajak memahami nilai-nilai lingkungan dan budaya.
  3. Berskala kecil dan lokal: Biasanya dikelola oleh pelaku usaha lokal untuk kelompok wisata kecil.
  4. Dampak negatif minimal: Tidak merusak alam atau budaya setempat.
  5. Berorientasi konservasi: Wisata harus memberi manfaat nyata bagi pelestarian lingkungan.

Pendek kata, ekowisata bukan sekadar berfoto di tempat hijau, melainkan juga soal etika dan tanggung jawab terhadap bumi.

Bagaimana dengan Pariwisata Berkelanjutan?

Baca Juga: Lomba Lari Rasa Pasar Rakyat, Mandiri Jogja Marathon 2025 Hidupkan Ekonomi di Yogyakarta

Jika ekowisata adalah salah satu bentuk, maka pariwisata berkelanjutan adalah payung besarnya. Konsep ini mencakup semua jenis pariwisata, termasuk wisata kota, wisata budaya, hingga wisata pantai, selama dijalankan dengan prinsip berkelanjutan.

Menurut definisi internasional, pariwisata berkelanjutan mempertimbangkan secara menyeluruh dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan, baik sekarang maupun di masa depan. Tujuannya: memenuhi kebutuhan wisatawan, industri, masyarakat, dan lingkungan secara seimbang.

Ilustrasi ekowisata (Pexels/Mateusz Dach)
Ilustrasi ekowisata (Pexels/Mateusz Dach)

Ada tiga pilar utama dalam pariwisata berkelanjutan:

Baca Juga: Wamenpar Minta Akomodasi Wisata di Bali Tingkatkan Keamanan Pasca Penembakan WNA

  1. Lingkungan: Menjaga sumber daya alam, keanekaragaman hayati, dan lanskap.
  2. Ekonomi: Memberi manfaat adil bagi masyarakat lokal dan pelaku usaha.
  3. Sosial-budaya: Melestarikan identitas dan kearifan lokal.

Untuk memastikan prinsip-prinsip ini dijalankan, Global Sustainable Tourism Council (GSTC) menetapkan kriteria internasional yang bisa diadopsi oleh destinasi wisata, pemerintah daerah, maupun operator perjalanan.

Kriteria tersebut meliputi:

  • Manajemen berkelanjutan dalam operasional.
  • Dampak sosial-ekonomi yang adil bagi komunitas lokal.
  • Pelestarian budaya lokal.
  • Perlindungan lingkungan dan sumber daya alam.
  • Peran Kita sebagai Wisatawan

Kita mungkin bukan pengelola wisata, tapi setiap keputusan saat liburan punya dampak besar. Itulah sebabnya muncul istilah perjalanan bertanggung jawab atau responsible travel—di mana wisatawan berperan aktif mendukung pariwisata yang ramah lingkungan dan berpihak pada masyarakat lokal.

Baca Juga: Inspirasi Desain Kitchen Set untuk Rumah Minimalis: Hemat Tempat Plus Estetik

Beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan:

  • Memilih penginapan yang ramah lingkungan.
  • Tidak meninggalkan sampah di tempat wisata.
  • Menggunakan pemandu lokal atau layanan dari pelaku usaha setempat.
  • Menghindari kegiatan yang mengeksploitasi hewan atau merusak habitat.
  • Menuju Liburan yang Lebih Bermakna

Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak pariwisata, baik terhadap lingkungan maupun masyarakat, ekowisata dan pariwisata berkelanjutan bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan. Liburan kini bukan hanya tentang “ke mana kita pergi”, tetapi juga “bagaimana kita pergi” dan “apa dampaknya bagi sekitar”.

Maka, saat merencanakan liburan berikutnya, pertimbangkan untuk menjadi bagian dari solusi. Pilihlah perjalanan yang tidak hanya memberikan pengalaman, tetapi juga meninggalkan jejak kebaikan bagi bumi dan sesama.

Berita Terkait TERKINI
Kasus penembakan tersebut menjadi menjadi sorotan terhadap WNA Australia....
travel | 12:13 WIB
Dua orang pendaki tertangkap pada 15 Juni 2025....
travel | 12:50 WIB
Penetapan Dataran Tinggi Dieng sebagai geopark nasional disambut dengan harapan besar, terutama dari para pelaku wisata ...
travel | 11:00 WIB
Aplikasi yang baik akan membantu Anda menghemat waktu dan uang, serta meminimalkan potensi masalah selama proses pemesan...
travel | 10:00 WIB
Diketahui konten itu diunggah oleh akun media sosial TikTok....
travel | 11:15 WIB
Namun Amir meminta Pemda DIY maupun Pemkab Gunungkidul harus memperhatikan jalur-jalur alternatif....
travel | 10:00 WIB
Angela Gilsha mengaku sempat datang ke sana....
travel | 13:22 WIB
Terdapat kenaikan sebesar 8,92 persen dari total kunjungan sebanyak 3.223.229 kunjungan....
travel | 14:27 WIB
Menurutnya peringatan perjalanan dari Australia ini adalah sebuah risiko, namun wisatawan manapun akan aman di Bali jika...
travel | 14:09 WIB
Mana saja destinasi wisata yang tersembunyi di Raja Ampat?...
travel | 11:23 WIB
Tampilkan lebih banyak