Kelaparan sampai Sakit di Sekolah, Siswi Berprestasi: Ayah Tak Punya Beras

Guru dan temannya menyarankan Putri untuk sarapan. "Di rumah tidak ada beras," kata Putri.

Dany Garjito
Sabtu, 10 Agustus 2019 | 19:00 WIB
Ilustrasi sedih. (Unsplash/Luis Galvez)

Ilustrasi sedih. (Unsplash/Luis Galvez)

Guideku.com - Kala masih banyak pejabat negara yang tertangkap tangan KPK karena dugaan korupsi atau yang saat ini masih berkeliaran, maka simaklah kisah dari Putri Dewi Nilaratih ini.

Putri Dewi terlihat pucat, lesu, dan keringat dingin mengucur pada wajahnya. Pelajar SMP 4 Peureulak, Kabupaten Aceh, ini tidak mengeluh.

Namun, teman-temannya melihat Putri sedang menahan sakit. Dan benar, Putri sakit. Perutnya lapar. Sejak Rabu (7/8.2019) pagi, siswa berusia 14 tahun ini, belum makan.

Baca Juga: Kini Daging Kurban Boleh Dibagikan dalam Bentuk Rendang

Setelah diberi makan, guru dan teman-temannya menyarankan agar lain kali Putri sarapan sebelum ke sekolah.

Mendengar saran itu, air mata Putri menetes.

"Di rumah tidak ada beras…" ujarnya pelan.

Baca Juga: Mirip Es Serut, Ada Salju Warna Pink di Taman Nasional Ini

Putri menghapus air matanya dengan jilbab yang terlihat kumuh.

Putri murid yang baik. Menurut gurunya, nilai pelajaran Putri di atas rata-rata dan rajin ke sekolah. Selama ini, Putri tidak pernah menceritakan kesulitan yang dialaminya.

Dia memilih diam dan tekun belajar. Setelah diberi makan oleh sekolah, remaja malang inipun diantar pulang.

Baca Juga: 6 Tempat Ini Punya Nama Aneh nan Unik, Ada Kota Batman

Media online Aceh, Modusaceh.co yang dikutip Antara, Sabtu (10/8/22019), berempati terhadap kondisi Putri.

Mahyuddin, jurnalis media tersebut, menelusuri rumah Putri di Dusun Tualang Masjid Desa Tualang, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.

Rumah itu sangat sederhana, berdinding triplek dan papan. Atapnya daun rumbia, dapurnya bocor dan lapuk. Putri, anak keempat dari enam bersaudara. Ayahnya Suparno, ibunya Mariani.

Ayahnya tidak mempunyai pekerjaan tetap. Untuk menafkahi anak-anak dan istrinya, Suparno terkadang ke Banda Aceh, bekerja apa saja. Menjelang Idul Adha, Suparno pulang sebentar dan nanti pergi lagi mencari nafkah.

Mengakhiri laporannya, Mahyuddin mengajak pembaca merenung, "Menjelang 74 Tahun Kemerdekaan Indonesia, kebebasan untuk sejengkal perut pun masih sangat susah diraih oleh sebagian rakyat di pelosok negeri ini."

Selesai membaca laporan jurnalistik ini, saya tercenung lama. Ironi di negara merdeka—negara yang dibentuk dengan tujuan memajukan kesejahteraan rakyat.

Putri tentu tidak sendiri. Kemiskinan telah menjadikan anak-anak—yang seharusnya tidak lagi memikirkan sesuap nasi—terpelanting ke sudut sempit.

Mereka tidak berkata-kata, bahkan tidak mengeluh. Mereka menerima seakan itulah kehidupan yang harus dijalaninya: siang makan, malam belum tentu.

Di lain sisi, perhatikan berita ini: KPK menangkap tangan sebelas orang diduga terkait suap impor bawang putih. Sebanyak Rp 2 miliar dan sejumlah uang dolar AS disita.

Menurut KPK, uang itu diduga untuk Nyoman Dharmarta, anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan.

Pekan lalu, KPK menangkap tangan lima orang usai transaksi dugaan suap proyek di Angkasa Pura (AP) ll. KPK menyita uang SGD 96.700 dolar dari staf PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT Inti).

Salah satu yang ditangkap tangan tersebut adalah Direktur Keuangan AP II Andra Y Agussalam. Andra kini jadi tersangka suap.

Dua peristiwa tangkap tangan dalam waktu yang berdekatan itu, menjelaskan mereka mencuri uang rakyat, bukan karena lapar.

Gaji yang mereka terima dari negara, jauh lebih dari cukup untuk makan. Keserakahan yang menjadikan mereka lapar—seperti meminum air laut, mereka tetap dahaga.

Dalam hotel-hotel berbintang, pesta makan malam, orang-orang hanya makan sedikit agar terlihat beretiket.

Mereka membayar sangat mahal untuk gengsi—yang mereka sebut sebagai martabat. Mereka begitu mudah membuang uang, mungkin semudah mendapatkannya.

Tapi, tidak bagi rakyat. Di tengah pertumbuhan ekonomi 5 persen saat ini, gelombang pemutusan hubungan kerja mulai terjadi di berbagai perusahaan besar, maka kemiskinan seperti akan menyergap, pelan.

Kesulitan demi kesulitan akan silih berganti. Tidak semua dapat menahan lapar, seperti Putri Dewi Nilaratih. Remaja Aceh ini hanya diam, tidak mengeluh.

Dia membiarkan tubuhnya bergetar menahan lapar, wajahnya pucat, dan berkeringat. Putri tidak meminta, tidak mengambil yang bukan haknya. Dia diam menahan pilu.

SUARA.com/Reza Gunadha

Berita Terkait TERKINI
Simak resep ayam kukus jahe di bawah ini!...
food | 15:29 WIB
Berikut resep kimbap sederhana yang bisa jadi pilihan menu buka puasa....
food | 11:26 WIB
Berbuka puasa hendaknya tidak hanya dengan minuman yang menyegarkan, tetapi juga tetap sehat....
food | 10:34 WIB
Mitos atau fakta? Benarkan nasi beku lebih sehat untuk dikonsumsi penderita diabetes?...
food | 17:17 WIB
Berikut resep dan cara membuat makanan khas Thailand, mango sticy rice....
food | 14:22 WIB
Konsumsi makanan pedas ternyata juga baik untuk menjaga kesehatan jantung....
food | 14:30 WIB
Mau coba bikin sandwich telur lipat? Simak resep yang dibagikan Chef Devina Hermawan berikut....
food | 12:45 WIB
Catat tempat dan tanggalnya ya!...
food | 17:13 WIB
Bisa jadi alternatif pengganti nasi, inilah beberapa sumber karbohidrat yang juga kaya nutrisi....
food | 17:26 WIB
Mau jualan apa saat bulan puasa nanti? Inilah berapa jajanan paling laris di bulan Ramadhan....
food | 16:08 WIB
Tampilkan lebih banyak