Guideku.com - Tak sulit menemukan emas tersebar di ratusan kuil dan pagoda di Myanmar.
Di negara berpenghuni 53,37 juta penduduk ini, emas merupakan benda yang begitu disakralkan.
Di kota Mandalay misalnya, sekitar 700 kuil dan pagoda dengan stupa berlapis emas tersebar di area perbukitan.
Baca Juga: Belle and Sebastian Gelar Konser di Kapal Pesiar, Segini Tiketnya
Di pusat kota yang sama, kita dapat megunjungi Kampung Emas Daun.
Para pria penghuni Kampung Emas Daun kerap menghabiskan waktunya menempa emas dan membentuknya sedemikian rupa hingga menyerupai selembar daun.
Biji emas tersebut kemudian dipotong kecil oleh kaum wanita untuk kemudian dipersembahkan kembali pada Sang Buddha.
Baca Juga: Yang Wajib Diketahui Saat Menyimak Konser Paus Balin di Lautan
Kaum wanita kemudian menempelkan daun emas pada ukiran kayu bergambar Buddha atau ukiran hewan yang menyerupai gajah.
Tak sedikit pula dari mereka menempelkannya pada buah pisang dan kelapa sebagai persembahan untuk para leluhur.
Bahkan tak jarang yang menempelkan emas tersebut pada kulit tubuh menggunakan lem yang terbuat dari kayu. Konon emas yang terpapar matahari dapat membuat kulit mereka tampak lebih berkilauan.
Baca Juga: Guling-guling di Pasir Putih Pulau Rutong nan Memesona
Hari ini, emas masih digunakan sebagai alat tukar utama di Myanmar. Bahkan jangkauannya melebihi mata uang lokal, Kyat.
Hal ini dilatari nilai mata uang kertas kerap tidak stabil dan mudah terguncang akibat suasana politik dan ekonomi di Myanmar, semacam tragedi berdarah Rohingya.
Baca Juga: Jadi Warga Sekaligus Wali Kota, 4 Fakta Kota Berpenghuni 1 Orang
Bahkan banyak penduduk Myanmar tidak menggunakan rekening tabungan di bank dan membeli emas sebagai gantinya.
Toko emas pun mudah ditemukan berjamuran di sudut jalan dan kota-kota kecil di Myanmar.