Guideku.com - Masih ingatkah kamu dengan paus sperma yang ditemukan mati di Wakatobi?
Betapa terkejutnya dunia dengan keadaan perut paus sprema yang penuh dengan sampah tersebut.
Miris dan tentunya membuat masyarakat dunia tak hanya Indonesia juga ikut sedih karena peristiwa ini.
Baca Juga: Kisah Pramugari Layani Jokowi, 'Baru Pertama Kali Pejabat Lakukan Ini'
Bicara soal sampah, sejumlah negara ini punya cara tersendiri untuk mengurangi dan mencegahnya masuk ke laut.
Di mana sajakah? Yuk intip Info lengkap yang telah dirangkum Guideku.com dari laman Blue Ridge Outdoors dan Goodnet berikut ini.
1. Australia
Baca Juga: Seru Abis, Keluarga Baim Wong, Irwansyah dan Raffi Ahmad Liburan ke Jepang
Australia punya cara untuk mencegah sampah masuk ke laut. Pemerintah memutuskan untuk memasang jaring pada sejumlah pipa drainase.
FYI, setelah dicoba jaring-jaring ini berhasil 815 pound sampah lho. Wih, keren abis ya?
Kini pemerintah membuat rencana untuk menambah jumlah pemasangan jaring pada pipa drainase.
Baca Juga: Penggemar Anime Gempar, Pemerintah Larang Anime Keluar dari Jepang
2. Uganda
Lain halnya dengan Uganda, negara ini punya cara menyenangkan untuk mengelola sampah.
Baca Juga: Jijik, Konsumen Temukan Cicak Mati di Camilan Populer Ini
Ya, dengan bantuan Eco Art Uganda terciptalah Amusement Park.
Di Amusement Park ini terdapat banyak wahana bermain anak yang terbuat dari daur ulang sampah.
Tak cuma menyenangkan, langkah ini diambil untuk memberi edukasi mengelola sampah sejak dini kepada anak-anak.
3. India
Unik dan kreatif, profesor kimia bernama Rajagopalan Vasudevan punya cara untuk mengubah sampah plastik menjadi aspal.
Selain bermanfaat memecahkan permasalahan pencemaran lingkungan, metode ini terbilang lebih hemat daripada menggunakan bahan aspal biasa.
4. Hong Kong
Dulunya tempat ini merupakan sebuah tempat pembuangan akhir bernama Sai Tso Wan yang menampung kurang lebih 1.6 juta ton sampah.
Sempat ditutup, tahun 2004 tempat ini kembali dibuka dan menjadi taman bermain.
Segala macam jenis wahana di sini didukung oleh energi yang asalnya dari gas metana.
Nah, gas metana ini sendiri merupakan hasil pembusukan dari sampah. Wah, cukup solutif ya?