Guideku.com - Sepanjang pantai Cilacap, Yogyakarta hingga Jawa Timur berpotensi terancam tsunami setinggi 20 meter jika prediksi gempa 8,8 SR benar terjadi. Tsunami bisa menyapu sejauh 4 km dari bibir pantai.
Itu berdasarkan permodelan Pakar Tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa berpotensi disapu tsunami dahsyat setinggi 20 m, seperti dikutip dari Suara.com.
Permodelan Widjo Kongko itu menyatakan bahwa selatan pesisir Pulau Jawa berpotensi diguncang gempa bumi 8,8 skala richter. Sebab ada segmen-segmen megathrust di sepanjang selatan Jawa.
Baca Juga: Gempa 8,8 SR dan Tsunami Dahsyat 20 Meter Berpotensi Guncang Pantai Jawa
Segmen-segmen megathrust itu membentang di sepanjang selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda. Gelombang tsunami akan tiba dalam waktu sekitar 30 menit usai terjadi gempa besar.
Daerah yang berpotensi terkena dampak gelombang tsunami jika terjadi gempa megathrust di selatan Jawa khususnya di selatan DIY cukup panjang yaitu dari Cilacap hingga ke Jawa Timur.
Berdasarkan catatan, gempa besar di selatan Pulau Jawa yang menimbulkan gelombang tsunami pernah terjadi pada 1994 di Banyuwangi dengan magnitudo 7 dan pada 2006 yang menyebabkan tsunami di Pangandaran akibat gempa 6,8 SR.
Baca Juga: Siswa 16 Tahun Ini Nyaris Meninggal Usai Konsumsi Bubble Tea Tiap Hari
“Untuk gempa 1994, tidak ada catatan terjadi tsunami di DIY. Tetapi pada 2006 ada catatan terjadi tsunami di selatan DIY tetapi jangkauannya tidak melebihi Gumuk Pasir di Parang Kusumo,” katanya di Yogyakarta, Rabu (17/7/2019).
Meskipun demikian, berdasarkan penelitian yang dilakukan diyakini pernah terjadi gempa megathrust di selatan Pulau Jawa dengan 9 SR.
“Umur radioaktif dari unsur-unsur yang kami temukan di Lebak Banten dan Bali memiliki umur yang sama. Artinya, pernah ada tsunami di selatan Jawa yang disebabkan gempa dengan magnitudo besar,” katanya.
Baca Juga: Indonesia Open 2019, Pebulutangkis Cantik Thailand Ungkap Makanan Favorit
Sementara itu, Supervisor Pusat Gempa Regional VII BMKG DIY Nugroho Budi Wibowo mengatakan BMKG akan mengeluarkan peringatan dini terjadi tsunami usai gempa besar. Peringatan dini disampaikan dalam empat tahap.
Informasi awal yang disampaikan hanya berisi parameter gempa dan dilanjutkan peringatan dini kedua yang sudah dilengkapi dengan estimasi waktu tiba tsunami sesuai permodelan yang dilakukan.
“Biasanya, peringatan dini kedua kami sampaikan dalam waktu kurang dari 10 menit usai gempa atau tergantung ‘update’ sinyal yang masuk ke sistem,” katanya.
Sedangkan peringatan dini ketiga disampaikan dalam waktu hingga 60 menit sejak gempa dan peringatan dini keempat digunakan untuk mengakhiri informasi yang disampaikan ke masyarakat.
Berdasarkan pemantauan kejadian gempa di selatan Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat, Budi mengatakan jumlah gempa dengan magnitudo kurang dari 5 terjadi sebanyak 15-30 kali setiap bulan.
“Kami memang hanya memantau gempa hingga 5 SR. Gempa dengan magnitudo lebih besar menjadi tanggung jawab Pusat Gempa Nasional. Jumlah kejadiannya pun masih normal. Tidak ada anomali aktivitas gempa di selatan Jawa dalam beberapa bulan terakhir,” katanya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD DIY Biworo Yuswantono menyebut DIY berpotensi terdampak 12 jenis bencana baik bencana alam, sosial, maupun bencana akibat kegagalan teknologi. Potensi bencana di antaranya, letusan gunung api, tanah longsor, erosi, gempa, banjir, kekeringan, tsunami, angin kencang, dan wabah penyakit.
“Khusus untuk menghadapi potensi tsunami, pada tahun ini kami menggelar ‘table top exercise’ (TTX) untuk penanganan darurat. Tujuannya untuk memastikan, seluruh pihak terkait mengetahui peran masing-masing. Harapannya, ada peningkatan kapasitas untuk penanganan bencana,” ungkapnya. (Antara)
SUARA.com/Pebriansyah Ariefana