Travel
Banyak Klitih di Jogja, Polres Sleman Sebut Benihnya dari Geng Sekolah
Sejumlah aksi klitih kembali marak di Jogja.
Dany Garjito

Guideku.com - Klitih di wilayah DI Yogyakarta kembali ramai diperbincangkan di awal 2020. Sejumlah wilayah di kawasan Kabupaten Sleman pun masuk daerah yang rawan aksi tindak penganiyaan tanpa motif ini.
Menanggapi sejumlah aksi klitih tersebut kepolisian membeberkan sejumlah fakta. Kasat Reskrim Polres Sleman, AKP Rudy Prabowo menyebut meski tindakan tersebut dilakukan tanpa motif, sebenarnya ada keinginan pelaku untuk menunjukkan eksistensi.
Baca Juga
Harganya Tak Sampai Rp 20 Ribu, Iklan Jadul Paket Wisata ke Bali Tahun 1967 Jadi Sorotan
Murahnya Kebangetan, Cewek Ini Kaget Pas Bayar Bubur Ayam, Publik: Kijang Satu Mah Gitu
Cari Cuan di Wisuda TK, Wanita Ini Jual Buket Jajanan dengan Aneka Pilihan
Kejar Pemulihan Pariwisata, Menparekraf Sandiaga Uno Targetkan 1,5 Juta Wisatawan Mancanegara Liburan ke Bali
Demi Melindungi Ekosistem, Taman Nasional Komodo Akan Batasi Jumlah Pengunjung
"Memang bisa dikatakan tanpa motif, tapi sebenarnya mereka ini mencari eksistensi untuk dirinya, massa dan untuk gengnya sendiri serta juga untuk lawannya. Jadi bisa dikatakan itu ada motif sebenarnya," kata Kasat Reskrim ditemui di Mapolres Sleman, Kamis (8/1/2020), seperti dikutip dari SuaraJogja.id.
Ia tak menampik jika aksi para pelaku dimulai dari sebuah geng remaja. Sehingga dasar untuk melakukan sebuah tindakan seolah-olah untuk menjukkan jati dirinya.
"Perkumpulan anak-anak (geng) ini kan pasti ada di tiap sekolah. Misal geng sepeda, basket dan kumpulan anak remaja lainnya. Bisa jadi ada geng anak-anak (nakal) yang tidak ter-blow up dan ingin dikenal," kata dia.
Rudy menjelaskan bahwa penyuluhan dari bidang pembinaan masyarakat bakal dilakukan kepada anak atau sekolah-sekolah yang disinyalir terdapat geng-geng tersebut.
"Binmas sudah jalan, Babhinkamtibmas juga jalan. Selain itu (binmas) akan menyasar ke sekolah-sekolah yang diidentifikasi ada (geng anak nakal). Jadi kami berikan pengertian dan penyuluhan apa dampaknya (melakukan penganiayaan)" ungkap Rudy.
Pihaknya melanjutkan bahwa hal tersebut bakal berimbas kepada diri remaja, seperti kehilangan hak-haknya.
"Pengertian ini kami berikan agar mereka tidak menyesal karena melakukan tindakan negatif itu. Jadi ketika terlanjur melakukan, mereka akan kehilangan hak-haknya, seperti sulit mengurus SKCK misalnya sulit mengurus sekolahnya bisa saja," ungkap Rudy.
Lantaran pelaku penganiayaan didominasi anak-anak, Rudy meminta peran pro aktif dari para orangtua.
"Peran orang tua sangat penting di sini. Jadi kita kembalikan juga kepada orang tua dan termasuk pihak sekolah untuk melakukan pendampingan kepada anak-anak tersebut," jelasnya.
Sebelumnya, kejadian klitih mengawali pergantian tahun 2020. Terhitung ada tiga aksi klitih yang terjadi dalam semalam di Kabupaten Sleman. Terakhir, dua kejadian terjadi di Jalan Angga Jaya dan Jalan Moses Gatotkaca, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
Kepolisian menuturkan tengah mendalami kasus-kasus penganiayaan tanpa motif tersebut. Pihaknya menilai pelaku dilakukan oleh remaja.
"Kejadian ini tentunya menjadi fokus penanganan kami, kegiatan rutin yang ditingkatkan (KRYD) terus kami galakkan. Kami pun mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada dalam beraktivitas. Namun jika tak ada kepentingan di malam hari sebaiknya tak perlu keluar dari rumah," tambahnya.
SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora