Guideku.com - Biennale Jogja 2019 siap dimulai. Tahun ini menjadi edisi kelima Biennale Jogja Equator.
Event pameran utama Biennale Jogja XV Equator #5 akan digelar pada 20 Oktober - 30 November 2019.
Lokasi Biennale Jogja 2019 ada di berbagai tempat di Jogja, yakni di Jogja Nasional Museum, Taman Budaya Yogyakarta, Kampung Jogoyudan, Ketandan 17, dan Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri.
Baca Juga: Biennale Jogja 2019 Siap Digelar, Berikut Info Lengkapnya
Biennale Jogja buka pada pukul 10.00 sampai 21.00 WIB.
Untuk malam pembukaan Minggu, 20 Oktober 2019 di Jogja National Museum, Voice of Baceprot menjadi penampil utama yang juga merepresentasikan tema pinggiran yang diangkat.
Voice of Baceprot adalah remaja-remaja perempuan asal Garut, Jawa Barat yang dikenal karena identitasnya yang menggunakan hijab, tetapi berani memainkan musik heavy metal. Mereka menjadi simbol resistensi melawan Kaum Muslim konservatif di kotanya.
Baca Juga: Viral Foto Pemotor di Lampu Merah Titik 0 Km Jogja, Tertib Banget!
Lalu ada Amuba yang menjadi gambaran dari gerakan kelompok queer, menunjukkan pernyataan bagaimana praktik seni memberi dukungan pada kelompok-kelompok terpinggir.
Sedangkan dua seniman partisipan, Pisitakun Kuantalaeng (Thailand) dan Yennu Ariendra memanggungkan projek mereka yang diinspirasi oleh sejarah dan tradisi di masyarakat etnis.
Proyek yang dikerjakan Yennu Ariendra untuk Biennale Jogja XV masih terkait erat dengan proyek-proyek yang pernah ia garap sebelumnya.
Baca Juga: Heboh Revisi Skripsi, Dosen Sony Pamer Liburan Bareng Mahasiswa di Jogja
Dimulai dari cerita tentang Raja Kirik, yang mengadopsi kesenian Jaranan Buto di Banyuwangi, Jawa Timur, lalu kemudian ekspresi musik akar rumput lewat dangdut koplo.
Dan terakhir Gruduk Merapi, ekspresi kesenian yang diinisiasi oleh warga lokal Ndeles, Klaten, Jawa Tengah.
Melalui ketiga fragmen tersebut, Yennu mengajak pengunjung Biennale Jogja 2019 untuk melihat berbagai bentuk perlawanan melalui ekspresi-ekspresi kesenian.