Guideku.com - Hasil investigasi Lion Air JT 610 yang dirilis Komite Nasional Transportasi (KNKT) menghasilkan dua rekomendasi untuk meningkatkan keselamatan bagi maskapai penerbangan Lion Air.
Rekomendasi dirilis berdasarkan hasil investigasi awal KNKT terhadap Flight Data Recorder (FDR) Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) lalu.
Dilansir dari Suara.com, Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan KNKT merekomendasikan Lion Air menjamin implementasi dari Operation Manual parta A subchapter 1.4.2. Hal itu dimaksudkan guna menjamin keselamatan dan untuk menjamin pilot dalam mengambil sebuah keputusan.
Baca Juga: Identifikasi Korban Lion Air JT 610 Lama, Ini Kendalanya
''Masih terdapat isu keselamatan yang perlu menjadi perhatian. Oleh karena itu, KNKT mengeluarkan dua rekomendasi kepada Lion Air,'' kata Nurcahyo saat konferensi pers di Kantor KNKT, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Rabu (28/11/2018).
Rekomendasi kedua, KNKT meminta Lion Air menjamin semua dokumentasi oprasional diisi dan didokumentasikan secara tepat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2013 Pasal 39 tentang Laporan Investigasi Kecelakaan Transportasi, KNKT wajib menyampaikan laporan pendahuluan atau preliminary report, yang sesuai ketentuan harus disampaikan 30 hari setelah kejadian. Laporan tersebut, kata Nurcahyo hanya berupa rangkuman fakta-fakta dan bukan merupakan hasil analisis.
Baca Juga: Boeing 737 MAX-8 Udah Nggak Beres Sebelum Lion Air JT 610 Jatuh
Sementara itu berdasarkan data dari Digital Flight Data Recorder (DFDR) mencatat adanya stick shaker yang aktif pada sesaat sebelum pesawat lepas landas dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dan berlangsung selama penerbangan menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta, pada Minggu (28/10/2018). Menurut Nurcahyo, ketika berada di ketinggian sekitar 400 kaki di atas permukaan laut, Pilot in Command (PIC) menyadari terdapat peringatan 'IAS DISAGREE' pada Primary Flight Display (PFD).
BACA JUGA: Ternyata Ini Cara Maskapai Tarif Murah Dapat Untung, Hmm Cukup Tau
''Kemudian, PIC mengalihkan kendali pesawat udara ke Second in Command (SIC) serta membandingkan penunjuk pada PFD dengan instrumen standby dan menentukan bahwa PFD kiri mengalami masalah,'' terangnya.
Baca Juga: Pemilik Restoran Simpan Mayat, Polisi Curiga Makan Daging Manusia
Selanjutnya, PIC mengetahui bahwa pesawat mengalami trimming aircraft nose down (AND) secara otomatis. PIC kemudian mengubah tombol STAB TRIM ke CUT OUT. SIC melanjutkan penerbangan dengan trik manual dan tanpa sistem auto-pilot sampai akhirnya mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
BACA JUGA: Baru Masuk Langsung Keluar, Cuma 80 Detik Pesawat Ini Udah Nyampe Tujuan
Nurcahyo mengatakan, PIC sempat melakukan deklarasi ‘PAN PAN’ karena mengalami kegagalan instrumen kepada petugas pemandu lalu lintas penerbangan Denpasar dan meminta untuk melanjutkan arah terbang searah dengan landasan pacu. PIC juga sempat melaksanakan tiga non-normal checklist, namun tidak satupun prosedur dimaksud memuat instruksi untuk melakukan pendaratan di bandara terdekat.
Baca Juga: Pecahkan Rekor, Pria ini Arungi Laut 100 Hari Tanpa Istirahat
Kemudian, setelah pesawat Lion Air JT 610 parkir, PIC melaporkan permasalahan pesawat udara kepada tcknisi dan menulis IAS dan ALT Disagree dan menyalanya lampu feel differential pressure (FEEL DIFF PRESS) di Aircraft Flight and Maintenance Logbook (AFML).
BACA JUGA: Takut Terbang, Pilot Ini Dipecat Maskapai Penerbangannya
Teknisi pun melakukan pembersihan Air Data Module (ADM) pitot dan static port kiri untuk memperbaiki IAS dan ALT disagree disertai dengan tes operasional di darat dengan hasil tidak ada masalah. Kemudian Teknisi melakukan pembersihan sambungan kelistrikan pada Elevator Feel Computer disertai dengan tes operasional dengan hasil baik.
Selanjutnya, pesawat Lion Air JT 610 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta dengan tujuan Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang pada Senin (29/10/2018) 2018, pukul 06.20 WIB
BACA JUGA: Foto Pramugari Pramugara Tidur Bareng Berujung Pemecatan, Maskapai Murka
FDR merekam adanya perbedaan antara Aangle of Attack (AoA) kiri dan kanan sekitar 20 derajat yang terjadi terus-menerus sampai dengan akhir rekaman. Sesaat pesawat udara sebelum lepas landas (rotation), stick shaker pada control column sebelah kiri aktif dan terjadi pada hampir seluruh penerbangan.
Saat terbang, SIC sempat bertanya kepada petugas pemandu lalu lintas penerbangan untuk memastikan ketinggian serta kecepatan pesawat udara yang ditampilkan pada layar radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan.
BACA JUGA: Hanggar Terlalu Sempit, Ekor Pesawat Terpaksa Ditinggal di Luar
Kemudian SIC juga melaporkan mengalami masalah kontrol penerbangan atau flight control problem kepada radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan.
Setelah flaps dinaikkan, FDR merekam trim AND otomatis aktif diikuti dengan input dari pilot untuk melakukan trim aircraft nose up (ANU). Trim AND otomatis berhenti ketika flaps diturunkan. Ketika flaps dinaikkan kembali, trim AND otomatis dan input dari pilot untuk melakukan trim aircraft nose up (ANU) terjadi kembali dan berlanjut selama penerbangan hingga akhirnya beberapa menit kemudian FDR berhenti merekam data.
BACA JUGA: Mengapa Pintu Pesawat Selalu Berada di Sebelah Kiri?
Berkenaan dengan itu, Nurcahyo mengungkapkan sampai dengan laporan pendahuluan investigasi ini disamoikan CVR belum juga ditemuakan.
Dia juga menambahkan bahwa sampai dengan laporan awal ini diterbitkan, Cockpit Voice Recorder (CVR) masih belum berhasil ditemukan dan kegiatan pencarian masih dilakukan.
SUARA.com/Muhammad Yasir
Artikel ini sudah dimuat di SUARA.com dengan judul: Hasil Lengkap Investigasi Lion Air JT 610