Tradisi Mepasah di Bali, Mayat Dibiarkan di Atas Tanah tapi Tak Berbau

Keajaiban alam, warisan leluhur.

Dany Garjito | Aditya Prasanda
Kamis, 18 April 2019 | 17:00 WIB
(Instagram Halo Pejati)

(Instagram Halo Pejati)

Guideku.com - Di Desa Trunyan, Kintamani, Bali, pemakaman dilakukan dengan cara yang unik.

Jenazah-jenazah di desa ini tidak dibakar melalui upacara ngaben maupun dikuburkan layaknya prosesi pemakaman pada umumnya. Melainkan, dibiarkan begitu saja di alam terbuka.

Tradisi pemakaman ini disebut mepasah. Jenazah yang dimakamkan secara mepasah merupakan mereka yang meninggal setelah berumah tangga, juga para bujangan dan anak kecil yang giginya telah tanggal.

Baca Juga: Istimewa, Lezatnya Tipat Blayag, Olahan Ketupat Khas Buleleng Bali

Uniknya, betapapun dibiarkan di alam terbuka, mayat-mayat di mepasah tidak mengeluarkan bau busuk, melainkan aroma wewangian nan semerbak berasal dari pohon taru menyan yang sanggup melenyapkan bau tak sedap dari pembusukan mayat.

Konon, dahulu pohon taru menyan memiliki aroma yang jauh lebih kuat. Wewangian magis dari pohon taru menyan bahkan tercium hingga lautan.

Pohon taru menyan (Instagram Bahana Tour)
Pohon taru menyan (Instagram Bahana Tour)

 

Baca Juga: Berburu Foto di Pura Lempuyang Luhur, 'Gerbang Surga' di Bali

Sebuah legenda yang beredar di masyarakat setempat menyebut wewangian pohon taru menyan menghipnotis empat bersaudara dari Keraton Surakarta yang tengah melintasi lautan di sekitar Bali.

Mereka lantas mencari sumber wewangian tersebut hingga berlabuh di Desa Trunyan. Tak dinyanya, sesampainya di desa, si sulung dari empat bersaudara ini jatuh hati pada seorang dewi penunggu pohon taru menyan.

Keduanya akhirnya menikah dan sang pangeran sulung mendirikan kerajaan kecil di Desa Trunyan Bali.

Baca Juga: Tukad Unda, Wahana Air Fotogenik di Klungkung Bali

Dalam kepemimpinannya, sang pangeran yang diberi gelar Ratu Sakti Pancering Jagat ini merasa wewangian pohon taru menyan nan begitu semerbak lambat laun dapat membahayakan Desa Trunyan.

Agar mengurangi aroma dari pohon taru menyan, ia kemudian memerintahkan masyarakat setempat untuk menguburkan jenazah di atas tanah, di sekitar pohon taru menyan.

Sejak saat itu, aroma pohon taru menyan tak menyebar terlalu jauh, dan di saat yang bersamaan, wewangiannya mengikat bau busuk mayat di sekitarnya, hingga tak lagi tercium aroma tak sedap sama sekali.

(Instagram Halo Pejati)
(Instagram Halo Pejati)

 

Untuk menyambangi desa unik yang berada di tepi Danau Batur Kintamani ini, kita dapat menyewa perahu berkapasitas lima orang yang berada di Dermaga Kedisan.

Dengan merogoh kocek sekitar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu, kita akan melintasi danau kurang lebih setengah jam.

Berita Terkait TERKINI
Bila sudah begitu, tentu perjalanan akan memakan waktu lebih lama karena kemungkinan jalanan kebih padat dari biasanya....
travel | 11:15 WIB
KBRI Tokyo juga secara simultan mendukung pelaksanaan Garuda Travel Fair serta mendorong pembukaan penerbangan langsung ...
travel | 11:00 WIB
Vaksinasi hanya sebatas anjuran dan sudah tidak lagi menjadi syarat wajib dalam bepergian naik KA saat mudik Lebaran 202...
travel | 10:59 WIB
Hasil survei mengungkap bahwa 4 dari 5 wisatawan peduli dengan perjalanan yang lebih ramah lingkungan....
travel | 17:09 WIB
Inilah beberapa hal menarik tentang Kamboja yang terlalu sayang dilewatkan....
travel | 13:57 WIB
Sudah beli tiket mudik Lebaran? Simak beberapa tips berburu tiket pesawat murah di bawah ini....
travel | 16:57 WIB
Banyak wisatawan berharap bisa menyaksikan langsung keindahan aurora, termasuk Rachel Vennya....
travel | 07:07 WIB
Mau naik balon udara seperti Fuji ketika liburan di Turki?...
travel | 07:34 WIB
Negara Vietnam belakangan menjadi tujuan liburan yang semakin disukai wisatawan asal Indonesia....
travel | 09:57 WIB
Jelajahi laut dengan mengikuti aturan keselamatan dan keamanaan....
travel | 21:45 WIB
Tampilkan lebih banyak