Wisata Bawah Laut Terancam, Habitat Terumbu Karang Diprediksi Punah

Ilmuwan memprediksi habitat terumbu karang akan punah pada 2100.

Rima Sekarani Imamun Nissa
Senin, 24 Februari 2020 | 12:45 WIB
Ilustrasi terumbu karang. (Pixabay/visavietnam)

Ilustrasi terumbu karang. (Pixabay/visavietnam)

Guideku.com - Suhu di bumi yang semakin meningkat membuat ribuan spesies berjuang untuk beradaptasi. Salah satu kelompok spesies yang sudah merasakan hawa panas dan diprediksi habitatnya akan semakin menurun tajam di tahun-tahun mendatang adalah terumbu karang.

Sebuah penelitian baru yang dipresentasikan pada Pertemuan Ilmu Kelautan 2020 memperkirakan bahwa habitat terumbu karang mungkin bakal punah pada 2100 mendatang.

Penyebab utamanya adalah meningkatnya suhu air laut dan pengasaman laut. Keduanya merupakan hasil dari perubahan iklim yang disebabkan manusia. Tim ahli percaya bahwa dalam dua dekade mendatang, sebanyak 70-80 persen terumbu karang di dunia akan menghilang.

Baca Juga: Usai Serbuan Gagak di Wuhan, Giliran Ratusan Juta Belalang Hantui China

Terumbu karang merupakan makhluk laut yang termasuk dalam filum serupa dengan anemon dan ubur-ubur. Beberapa karang menghasilkan kalsium karbonat, membentuk kerangka luar yang keras dan protektif untuk hidup.

Sejumlah besar polip karang identik bisa ditemukan bersama dan sebagian besar spesies membentuk hubungan simbiosis dengan ganggang yang memberi mereka nutrisi penting.

Terumbu karang menyediakan makanan dan rumah bagi beragam kehidupan. Tanpanya, akan banyak spesies penghuni karang juga bisa saja menghilang.

Baca Juga: Ada Tangkai Permen Lolipop di Perut Bocah Ini, Kok Bisa Tertelan?

Ilustrasi terumbu karang. (Pixabay/Ipittman)
Ilustrasi terumbu karang. (Pixabay/Ipittman)

Tim ilmuwan di balik penelitian baru ini ingin menentukan di mana proyek restorasi atau pemulihan terumbu karang dapat dilakukan dengan tingkat keberhasilan paling tinggi.

Restorasi bakal dilakukan dengan menumbuhkan karang di laboratorium dan kemudian memindahkannya ke laut di mana karang tersebut dapat tumbuh dan berkembang.

Ilmuwan mengatakan bahwa menambahkan karang muda baru ke terumbu yang sedang berjuang untuk hidup bisa membantunya pulih ke keadaan semula.

Baca Juga: 4 Fakta Daegu, Kota di Korea Selatan yang Terjangkit Virus Corona

Sayangnya, saat para ilmuwan mencoba memetakan tempat terbaik untuk melakukan upaya ini, tim ahli justru mendapatkan kesimpulan baru yang menyedihkan.

Pada akhir abad ini, hampir nol habitat terumbu karang yang cocok bakal ditinggalkan untuk dipulihkan oleh para konservasionis.

"Pada 2100, ini akan tampak sangat suram. Berusaha membersihkan pantai dan memerangi polusi adalah hal yang sangat bagus. Kita perlu melanjutkan upaya itu. Tetapi pada akhirnya, memerangi perubahan iklim adalah hal yang perlu kita dukung untuk melindungi karang dan menghindari stres yang berlipat ganda," ucap Renee Setter, seorang biogeografer di Universitas Hawaii Manoa, seperti dikutip laman IFL Science.

Setter dan timnya memprediksi bahwa pada 2045, sebagian besar lautan tak akan cocok untuk melakukan restorasi terumbu karang. Lalu pada 2100, cuma segelintir lokasi yang akan menjadi opsi yang layak, termasuk Baja California dan Laut Merah.

Saat air di sekitar terumbu karang memanas, karang menjadi stres dan mengeluarkan ganggang simbiotik yang akan menghilangkan warna dan membuat karang jauh lebih rentan terhadap kematian.

Proses ini dikenal sebagai pemutihan dan bisa mengubah seluruh komunitas karang merah muda dan oranye menjadi putih pekat.

Ilustrasi pemanasan global. [Shutterstock]
Ilustrasi pemanasan global. [Shutterstock]

Sementara itu, banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan karang. Para ilmuwan meyakini bahwa peningkatan keasaman dan suhu adalah penyebab terbesar kepunahannya.

Para ahli mencatat bahwa polusi telah berdampak pada sebagian besar terumbu di seluruh dunia. Jadi, tidak akan memiliki dampak signifikan di masa depan jika dibandingkan dengan efek pemanasan global yang ada.

Guna mengurangi perubahan iklim, manusia harus secara drastis mengurangi jumlah gas rumah kaca seperti karbon dioksida yang dipompa ke atmosfer. Jika tidak, aspek ikonik dari dunia alami, seperti terumbu karang dan penghuninya akan hilang selamanya. (Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait TERKINI
Bila sudah begitu, tentu perjalanan akan memakan waktu lebih lama karena kemungkinan jalanan kebih padat dari biasanya....
travel | 11:15 WIB
KBRI Tokyo juga secara simultan mendukung pelaksanaan Garuda Travel Fair serta mendorong pembukaan penerbangan langsung ...
travel | 11:00 WIB
Vaksinasi hanya sebatas anjuran dan sudah tidak lagi menjadi syarat wajib dalam bepergian naik KA saat mudik Lebaran 202...
travel | 10:59 WIB
Hasil survei mengungkap bahwa 4 dari 5 wisatawan peduli dengan perjalanan yang lebih ramah lingkungan....
travel | 17:09 WIB
Inilah beberapa hal menarik tentang Kamboja yang terlalu sayang dilewatkan....
travel | 13:57 WIB
Sudah beli tiket mudik Lebaran? Simak beberapa tips berburu tiket pesawat murah di bawah ini....
travel | 16:57 WIB
Banyak wisatawan berharap bisa menyaksikan langsung keindahan aurora, termasuk Rachel Vennya....
travel | 07:07 WIB
Mau naik balon udara seperti Fuji ketika liburan di Turki?...
travel | 07:34 WIB
Negara Vietnam belakangan menjadi tujuan liburan yang semakin disukai wisatawan asal Indonesia....
travel | 09:57 WIB
Jelajahi laut dengan mengikuti aturan keselamatan dan keamanaan....
travel | 21:45 WIB
Tampilkan lebih banyak