Travel
Ngeri, Begini Penampakan Destinasi Wisata Paling Berdarah di Bumi
Berani menjejakkan kaki di sini?
Dany Garjito | Amertiya Saraswati

Guideku.com - Mendengar kata Perancis biasanya identik dengan destinasi wisata yang romantis atau berbau seni. Namun, di balik destinasi seperti Menara Eiffel atau Museum Louvre, tersimpan juga sejarah kelam dalam bentuk destinasi wisata brutal.
Namanya La Main de Massiges. Tempat ini adalah lahan bekas Perang Dunia I dulu. Saking brutalnya peperangan waktu itu, maka tak heran jika lokasi ini patut dibilang destinasi wisata paling berdarah di muka bumi.
Baca Juga
Viral Foto Penjual Makanan di Solo Tahun 1949, Penampakan Panci Legendaris Ini Bikin Publik Salfok
Pentas Teater Under the Volcano: Saat Minangkabau Dibayangi Letusan Gunung Merapi
Tren Belanja Online di E-Commerce Sepanjang 2022: Produk Fashion dan Kecantikan Paling Diminati
Thariq Halilintar dan Fuji Bongkar Kebiasaan Belanja Online, Akui Sering Beli Barang Couple dan Aneh
Gali Potensi Wisata Metaverse Indonesia, Menparekraf Bakal Buka 3 Juta Lapangan Pekerjaan
Seperti apa bentuknya?
1. La Main de Massiges merupakan parit berkelok-kelok yang konon berbentuk seperti gambar tangan kiri jika dilihat dari atas

2. Parit ini adalah lokasi pertempuran antara tentara Perancis dan Jerman pada September 1914 hingga September 1915

BACA JUGA: 5 Gaya Liburan Suhay Salim, Selebgram yang Nikah Cuma Pakai Jeans
3. Selama itulah, para tentara tinggal dan berlindung di parit ini. Bahkan, kawat berduri dan balok kayu penyangga struktur parit masih terlihat hingga sekarang

4. Area seluas 3 hektare ini menjadi saksi peperangan yang konon paling brutal sepanjang sejarah Perang Dunia I

BACA JUGA: Ajaib! Pria Lolos dari Sambaran Petir Karena Benda Kecil yang Dibawa Ini
5. Ada juga bekas-bekas peralatan perang dan peralatan sehari-hari para tentara. Sebut saja botol bir, botol minum, peralatan makan, dan helm tentara

6. Meski begitu, La Main de Massiges sekarang dibuka untuk umum dan wisatawan bisa melakukan trekking di sepanjang jalurnya sebagai pengingat sejarah brutal yang ada
