Guideku.com - Menggunakan medan magnet, Kereta Maglev meluncur di atas rel.
Disebabkan magnet pula, badan kereta diangkat dan dilesatkan pada jalurnya tanpa harus bersentuhan dengan rel kereta.
Maglev, singkatan dari magnetic levitated trains ini merupakan kereta super cepat yang akan menggeser peran kereta api di masa depan.
Baca Juga: 4 Tips Membeli Tiket Pesawat dengan Harga Bersahabat
Guideku.com kali ini mengajak sobat traveler berkenalan dengan 'si cepat' bernama Maglev ini.
Tidak menyentuh rel
Baca Juga: Dolar Meroket, Ini 5 Negara Ramah Kantong yang Bisa Dikunjungi
Kereta Maglev mengambang kurang lebih 10 milimeter di atas rel magnetiknya.
Interaksi antara rel magnetik dengan mesin induksi ini yang menyebabkan kereta melesat cepat ke depan.
Sebab mengambang, Maglev memilikk gaya gesek yang kecil dan gaya dorong yang begitu besar, ini pula yang menyebabkan maglev dapat melesat hingga 600 km/jam, jauh lebih cepat ketimbang kereta pada umumnya.
Baca Juga: Kehilangan Barang di Bus dan Kereta Jepang? Gampang, Lakukan Ini
Jika Indonesia sanggup menyelesaikan proyek pembangunan Maglev, maka diperkirakan dengan kecepatan 400 km/jam, kereta ini dapat bertolak dari Jakarta menuju Surabaya hanya dalam waktu 2 jam saja.
Kelebihan dan kekurangan Maglev
Kemampuan Maglev yang dapat melayang di atas rel membuatnya sanggup menghindari beragam risiko akibat gesekan.
Baca Juga: Dibuka, Jalur Kereta Paling Menakjubkan di Dunia, Coastal Pacific
Sehingga, tak akan ada penggantian rel dan roda kereta yang aus. Dengan kata lain biaya perawatan pun dapat ditekan.
Sementara, sebab kecepatannya yang fantastis, kebisingan yang ditimbulkan kereta ini dapat menyamai kebisingan suara pesawat jet, diperhitungkan suaranya lebih mengganggu ketimbang suara kereta konvensional.
Hal lain yang jadi momok pembangunan Maglev yakni mahalnya pembangunan infrasturkturnya, terlebih dalam soal pengadaan rel.
Negara yang mengembangkan
Jepang dan Jerman merupakan dua negara yang paling aktif mengembangkan Maglev, keduanya juga menghasilkan banyak terobosan dalam desain dan sistem.
Selain Jepang dan Jerman, negara lain yang turut mengembangkan teknologi kereta super cepat ini yakni Tiongkok, Perancis, Amerika dan Jerman.