Guideku.com - Miniseri Gadis Kretek jadi perbincangan bukan karena cerita dan akting para pemain yang berkualitas, tapi juga hal lain seperti lokasi syutingnya.
Menampilkan pemandangan indah, dengan bangunan bergaya lama, banyak penonton menyangka bahwa rumah dalam miniseri Gadis Kretek, seperti kediaman Jeng Yah, merupakan rekayasa digital atau CGI.
Nyatanya rumah tersebut nyata adanya dan merupakan eks Rumah Dinas Residen Kedu.
Baca Juga: Hallgrimskirkja: Simbol Keagungan Arsitektur Islandia yang Megah bak Film Fantasi
Tak hanya indah, bangunan yang terletak di Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 1, Kota Magelang, ini memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah Indonesia.
Rumah Dinas Residen Kedu, yang juga menjadi bagian dari eks Kompleks Kantor Karisidenan Kedu, telah menjadi saksi bisu sejarah sejak dibangun pada tahun 1813-1921 pada masa kolonial Belanda.
Dengan usia lebih dari dua abad, bangunan ini telah mengalami renovasi namun tetap mempertahankan arsitektur aslinya.
Baca Juga: Rekomendasi Kue Pukis Enak dan Legit di Bandung, Teman Ngemil Saat Musim Hujan
Rancangan dari arsitek Belanda, J.C Schulze, menciptakan bangunan dengan gaya indis yang memadukan empire style dan gaya lokal.
Gaya lokal terlihat pada atap bangunan berbentuk limasan dan banyaknya jendela besar untuk menyokong iklim tropis. Terdapat juga teras di bagian depan dan belakang, dilengkapi dengan halaman yang luas.
Orientasi rumah menghadap ke barat, memungkinkan penghuni menikmati panorama Gunung Sumbing, Perbukitan Giyanti, Sungai Progo, serta persawahan.
Baca Juga: Harga Tiket Masuk Sanghyang Kenit Bandung yang Disebut Seindah Sungai Aare di Swiss
Kompleks eks Kantor Karisidenan Kedu, termasuk Rumah Dinas Residen Kedu, memiliki nilai sejarah signifikan terkait perjuangan kemerdekaan.
Selama periode 1825-1830, kompleks ini menjadi saksi perang di sekitar Karisidenan Kedu.
Salah satu bangunan di kompleks ini bahkan menjadi tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda, di mana Pangeran Diponegoro akhirnya ditangkap.
Seiring dengan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di kompleks ini, Museum Diponegoro didirikan untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro.
Koleksi museum mencakup barang-barang miliknya, seperti kursi dengan bekas cakaran kuku yang mencerminkan kemarahan Diponegoro terhadap Belanda, jubah, kendi, meja, cangkir, dan barang pribadi lainnya.
Tak hanya Museum Diponegoro, kompleks ini juga menyajikan Museum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lokasi pertama kali BPK berkantor setelah kemerdekaan RI.
Museum ini memiliki berbagai ruangan, termasuk ruang rekam jejak, perpustakaan, audiovisual, wajah BPK, dan lainnya. Keduanya, eks Rumah Dinas Residen Kedu dan eks Kompleks Kantor Karisidenan Kedu, telah diakui sebagai cagar budaya, menyimpan keindahan dan sejarah yang memukau bagi pengunjung.