Guideku.com - Jika jalan-jalan ke Bandung, pasti sudah tak asing dengan kuliner khas daerah tersebut, yakni peyeum.
Olahan dari singkong ini merupakan makanan khas yang kerap dijadikan oleh-oleh setelah berkunjung ke Kota Bandung atau daerah lainnya di Jawa Barat.
Nah, supaya tidak cuma bisa menikmati kuliner peyeum, berikut adalah asal muasal dan cara mengolah peyeum yang ternyata bisa dibuat sendiri di rumah.
Baca Juga: Lagi Cari Perumahan di Kawasan Jatinangor Sumedang? Ini Rekomendasi Terbaik untuk Jadi Pilihan
Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Peuyeum Bandung adalah satu di antara kuliner khas yang ada di Kota dan Kabupaten Bandung.
Kuliner khas ini memiliki dua suku kata yakni “Peuyeum” yang artinya tapai singkong. kemudian “Bandung” yang merujuk pada kota tempat produksi peuyeum tersebut.
Peyeum Bandung ini ternyata awal mulanya dibuat di kawasan Kecamatan Cimenyan yang berada di Kabupaten Bandung.
Baca Juga: Fakta Menarik Taksi di Dunia: dari Termahal hingga Terunik
Olahan makanan yang terbuat dari singkong ini sudah ada sejak zaman penjajahan, dan sangat terkenal memiliki rasa yang enak.
Dulu, singkong ini adalah pengganti beras yang saat itu sangat sulit didapatkan. Banyaknya produksi singkong ini terkadang membuat sebagiannya tidak sampai bisa habis dikonsumsi.
Lantaran dituktkan busuk, maka saat itu singkong sisa konsumsi kerap diberi ragi dengan tujuan tidak membusuk.
Baca Juga: Granola Isi Kurma Populer Diburu Masyarakat Indonesia, Apa Manfaatnya?
Kemudian upaya pengolahan dan pengawetan singkong di Cimenyan, berubah menjadi olahan yang melalui proses fermentasi menggunakan bahan ragi.
Dari hasil olahan tersebut kemudian menghasilkan kuliner yang dikenal dengan nama peuyeum.
Proses pengawetan peuyeum ini ternyata sudah berlangsung sejak lama, tepatnya sejak tahun 1800-an.
Kualitas singkong yang diolah dengan teliti membuat peuyeum Cimenyan terkenal akan kelezatannya.
Rasanya yang enak membuat Peyeum Bandung iini tidak hanya dikenal di kalangan lokal saja, tapi juga merambah hingga Kota Bandung dan beberapa kota di Provinsi Jawa Barat.
Antusiasme pembeli yang tinggi mendorong industri peuyeum untuk terus berkembang.
Pada tahun 1950-an, jumlah perajin peuyeum di Kecamatan Cimenyan mencapai 200 orang.
Namun, popularitasnya mulai merosot seiring berjalannya waktu. Pada tahun 2013, hanya ada 14 produsen peuyeum di wilayah tersebut.
Proses pembuatan peuyeum tergolong sederhana. Menurut Rokhmat, bahan-bahan yang diperlukan hanya singkong, air, dan ragi.
Langkah pertama adalah mengupas kulit singkong dan mencucinya bersih. Singkong yang digunakan biasanya utuh, hanya dipotong bagian ujung atas dan bawahnya.
Setelah bersih, singkong direndam sebentar lalu direbus dua kali dalam tiga dandang berisi air hingga setengah matang. Rebusan pertama berlangsung selama 1,5 jam, sementara rebusan kedua selama 1 jam. Setelah direbus, singkong ditiriskan dan ditaburi ragi.
Singkong yang telah diberi ragi disusun dalam keranjang bambu yang dilapisi daun pisang. Proses fermentasi berlangsung selama 2-3 hari, menghasilkan peuyeum yang manis dan kenyal (tetapi tidak lembek).
Selain sebagai cemilan, peuyeum juga diyakini memiliki fungsi menghangatkan tubuh. Ragi sebagai bahan fermentasi menjadi faktor utama yang memberikan efek hangat setelah menyantap peuyeum.
Sampai saat ini, peuyeum Bandung biasanya dikirim ke Kota/Kabupaten Bandung, Garut, dan Cianjur, banyak dijadikan oleh-oleh dan juga sebagai bahan utama untuk membuat kuliner colenak (dicocol enak).