Guideku.com - Bloemenmarkt, pasar bunga terapung satu-satunya di Belanda ini terpaksa ditutup akibat overtourism.
Pasar yang mengapung di perairan Amsterdam ini pertama kali beroperasi tahun 1943.
Di dalamnya, dapat kita simak bermacam toko bunga dan toko pernak-pernik menjajakan aneka hiasan, dan bunga-bunga yang meneduhkan pandangan.
Baca Juga: Dari Siluman Sampai Noni Belanda, Ini 4 Danau Mistis di Indonesia
Nahas, nasib toko bunga di Bloemenmarkt terkatung-katung, terhimpit animo turis yang tak terbendung, dan tergerus popularitas toko hiasan lain di sekitarnya.
Masifnya jumlah turis yang bervakansi ke Belanda kian meningkat setiap tahun. Laporan Insider menyebut sekitar 18,5 juta wisatawan menyambangi Negeri Kincir Angin dan meningkat menjadi 23 juta wisatawan pada tahun 2025.
Baca Juga: 2020, Pemerintah Amsterdam Batasi Kunjungan Turis ke Red Light District
Padatnya kunjungan wisatawan ini konon disebabkan murahnya tiket penerbangan menuju Belanda.
Sementara turis yang membludak tak teratasi, kunjungan mereka yang kerap berkelompok, acap membuat para pedagang bunga kehilangan pelanggan.
''Penerbangan murah membuat wisatawan membanjiri Eropa. Sepanjang hari kami harus beteriak pada mereka agar tidak memotret. Turis-turis yang kerap bergerombolan itu juga membuat saya sulit membedakan mana pelanggan saya sendiri,'' keluh Michael Saarlos, salah seorang pedagang di Bloemenmarkt, seperti dikutip Guideku.com dari The Insider.
Baca Juga: Missiemuseum Steyl, Museum Ingatan Para Misionaris di Belanda
Seperti halnya Saarlos, tak sedikit penjual bunga di Bloemenmarkt yang menganggap pemerintah kota Amsterdam gagal mengentaskan overtourism di kota tersebut.
Meski demikian beberapa langkah kongkret mulai diterapkan, dari pembongkaran ikon 'I am Amsterdan' di Museum Square yang jadi pusat swafoto turis, pelarangan tur berkelompok di Red District, penerapan pajak wisata sebesar 7 persen, peraturan Airbnb yang diperketat hingga pembatasan pengembangan hotel dan toko di kawasan ramai wisatawan.